Minggu, 16 Oktober 2016

BUDIDAYA JAGUNG MANIS

PROSPEK BUDIDAYA JAGUNG MANIS














Budidaya jagung manis lebih rentan dari serangan hama dan penyakit dibanding jagung biasa Namun dari sisi nilai jual jagung manis menawarkan harga yang lebih baik sehingga animo budidaya jagung manis tak pernah surut Karena sifatnya yang bisa dikonsumsi langsung seperti jagung bakar atau jagung rebus pasar jagung manis terbuka sampai ke tingkat retail. Jagung manis berkembang dari tipe jagung biasa jenis dent dan flint. Pada jagung manis terjadi mutasi gen resesif yang menghambat perubahan gula menjadi pati Kadar gula pada jagung manis meningkat mulai hari ke-5 hinggan hari ke-15. Budidaya jagung manis bisa dilakukan dalam kisaran iklim yang luas. Tanaman ini memiliki tingkat adaptasi yang tinggi. Di Indonesia jagung manis bisa dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga pengunungan dengan ketinggian 1.800 meter dpl bahkan dibelahan dunia lain bisa tumbuh pada 3.000 meter dpl, Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21-27oC pada masa perkecambahan benih 23-27oC. Secara teori budidaya jagung manis bisa tumbuh di atas tanah dengan tingkat keasaman 5-8 pH Budidaya jagung manis tidak akan maksimal apabila kebutuhan hara tidak tercukupi. Tanaman ini memerlukan unsur nitrogen (N) dalam jumlah besar Namun pemberian pupuk harus memperhatikan keseimbangan antara nitrogen, kalium (K) dan pospat (P).
Pengolahan lahan secara organik. Budidaya jagung manis bisa ditanam di lahan bekas sawah secara langsung atau bisa dibuat bedengan. Apabila lahan yang dipakai bekas sawah usahakan agar lahan tidak tergenang air bedengan pada tanaman jagung berfungsi untuk mengatur saluran drainase. Bedengan bisa dibuat dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 20-30 cm Atur jarak antar bedengan sebesar 30 cm dalam satu bedeng bisa ditanam dua larik tanaman. Pemupukan dasar untuk dalam budidaya jagung manis organik sebaiknya menggunakan campuran dari pupuk kotoran ayam dengan kotoran sapi atau kambing dengan komposisi 1:1Pupuk kotoran ayam memberikan kadar N yang banyak dan lebih cepat terurai sedangkan pupuk kotoran sapi atau kambing lebih kaya akan K dan PKebutuhan pupuk dengan metode organik adalah sekitar 5 ton per hektar
Penanaman dan perawatan. Penanaman jagung manis paling efektif dengan cara ditugal buatlah lubang sedalam 2-3 cm kemudian masukan 2 butir benih jagung setelah itu tutup dengan tanah dan kompos kemudian siram agar kelembaban tanah terjaga Kebutuhan benih budidaya jagung manis adalah 8 kg per hektar jarak tanam pada budidaya jagung manis adalah 60-75 cm jarak tanam ini mengikuti jumlah populasi ideal tanaman. Budidaya jagung manis akan menuai hasil baik dengan menjaga populasi tanaman sebanyak 34.000-37.000 tanaman per hektar
Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang banyak ditemukan dalam budidaya jagung manis antara lain penggerek- penggerek tongkol, belalang kutu daun dan tikus Berikut sifat-sifat hama pada tanaman jagung manis:
  1. Penggerek batang jagung hama ini menyerang tanaman pada vase vegetatif maupun generative kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan, penggerek batang jagung bisa dikendalikan secara teknis dengan mengatur rotasi tanam seperti dengan kedelai dan kacang tanah, selain itu bisa juga dengan memotong bunga jantan dan menerapkan waktu tanam yang tepat. Pembasmian hayati tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan, penggerek batang jagung bisa dikendalikan secara teknis dengan mengatur rotasi tanam seperti dengan kedelai dan kacang tanah selain itu bisa juga dengan memotong bunga jantan dan menerapkan waktu tanam yang tepat. Pembasmian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti Trichogramma spp. atau predator alami Euborellia annulata yang memangsa larva. 
  2. Ulat Tongkol (H. armigera) hama ini menyerang tongkol jagung pada awalnya imago meninggalkan telur pada rambut-rambut jagung setelah larva tumbuh akan masuk kedalam tongkol hama ini mempunyai kebiasaan berpindah-pindah kerusakan yang ditimbulkan pada tongkol jagung bisa lebih banyak dibanding jumlah larvanya Pencegahan terhadap hama ini adalah dengan menerapkan pengolahan tanah yang baik pengolahan tanah yang akan mengurangi populasi ulat tongkol berikutnya Musuh utama dari hama ini adalah Trichogramma spp. yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa parasit pada larva muda.
Disamping hama budidaya jagung manis tidak terlepas dari serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri virus maupun cendawan. Berikut penyakit yang sering menyerang tanaman jagung manis terutama yang ditanam di daerah tropis:
  1. Bulai gejala penyakit bulai adalah permukaan daun bergaris-garis putih sampai kuning diikuti dengan warna coklat kemudian kerusakan menyerang tongkol penyakit ini bisa menyerang disepanjang musim tanam namun kasus terbesar menyerang budidaya jagung manis yang ditanam diluar musim atau terlambat tanam serangan penyakit ini menyebabkan kerusakan yang besar bisa menyebabkan kehilangan hinga 100% Serangan penyakit bulai bisa dihindari dengan pemilihan varietas benih yang tahan memusnahkan tanaman terinfeksi penanaman sesuai musim dan rotasi tanaman. 
  2. Panen budidaya jagung manis. Jagung manis mulai berbunga setelah 50 hari sepuluh hari sebelum panen utama sebaiknya dilakukan panen jagung muda, pada masa ini akan tumbuh dua tongkol jagung petik tongkol yang paling bawah Pemanenan tongkol muda dimaksudkan agar asupan nutrisi pada tongkol utama tercukupi/ sehingga hasilnya maksimal selain memetik tongkol muda papaslah daun bagian bawah sebanyak 2-3 helai apabila muncul kembali tunas-tunas buah muda sebelum panen utama petiklah sebagai panen tambahan. Panen utama budidaya jagung manis bisa dilakukan setelah tanaman berumur 65-75 hari metode panen seperti ini cocok dilakukan untuk jenis tanaman jagung manis satu tongkol Jenis ini digunakan luas oleh para petani di Indonesia seperti varietas seleksi Dramaga-2 (SD-2) ada juga varietas jagung manis 2 tongkol dimana dua tongkol jagung dibiarkan tumbuh hingga panen akhir


Penulis         : Sundari, SST (BBP2TP)
Sumber        : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
 http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10656/prospek-budidaya-jagung-manis
Tanggal Artikel : 09-10-2016
N
Nama          : DIANA OKTAVIANTI
NIM            : 15/378171/PN/13977

Teknologi Juring Ganda Tingkatkan Produktivitas Tebu 29,2 Persen

Teknologi juring ganda mampu meningkatkan produktivitas tebu sebesar 29,2 persen dibanding sistem tanam juring tunggal. Pengujian dilakukan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Pati, Jawa Tengah.
Penerapan sistem tanam juring ganda dipadukan dengan penggunaan bahan organik dan penerapan teknik budidaya tebu. Teknik yang meliputi pemberian pupuk anorganik, pengendalian gulma, klentek 2-3 kali pada umur 6, 8, dan 12 bulan, serta kepres dan pedot oyot pada tanaman ratoon.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada 18 dari 25 lokasi yang diuji, produktivitas tebu pada sistem juring ganda leih tinggi 6 - 60% pada MTT 2013/2014 (tanaman plant cane), dan 1,8 - 58% pada MTT 2014/2015 pada tanaman ratoon, dibandingkan pada sistem juring tunggal.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, sistem juring ganda lebih diterima di lokasi yang tersedia tenaga kerja cukup, atau tersedia traktor yang sesuai untuk membuat juring ganda.
Dengan pendampingan dan bimbingan dari penyuluh setempat, penerapan sistem juring ganda sesuai prosedur diharapkan akan memberikan hasil yang optimal dan meningkatkan produktivitas tebu.
Selanjutnya, pengujian sistem tanam juring ganda dibandingkan dengan sistem tanam juring tunggal diperluas di 24 kabupaten di 10 provinsi di Indonesia. Adapun daerah perluasannya meliputi provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Kabupaten Bener Meriah), Sumatera Utara (Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat), Sumatera Selatan (Kabupaten Ogan Komering Ilir), Lampung (Kabupaten Lampung Utara).
Di wilayah Jawa yakni Jawa Barat (Kabupaten Cirebon dan Majalengka), Jawa Tengah (Kabupaten Pati, Blora, Tegal, Klaten, dan Pekalongan), DI Yogyakarta (Kabupaten Bantul), Jawa Timur (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Jember, Sidoarjo, Pasuruan, Sutubondo, dan Lamongan).
Di provinsi Sulawesi antara lain Sulawesi Selatan (Kabupaten Bone dan Takalar), serta Gorontalo (Kabupaten Gorontalo).
30 September 2016
Sumber : www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2703/ diakes pada 16 Oktober jam 15.20

Ahmad Zainal Abidin (13973)

Pedoman Memilih Jenis Tanaman Dalam Sistem Polikultur

Dalam sistem polikuktur, pemilihan jenis tanaman menjadi sangat penting karena tanaman yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian, misalnya tanaman akan berebut unsur hara, adanya tanaman lain akan mendatangkan hama dan penyakit baru, maupun pertumbuhan tanaman saling terhambat. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih jenis tanaman:
1. Sosok Tanaman dan Kebutuhan Sinar Matahari
Banyaknya sinar matahari untuk tiap tanaman berbeda. Umumnya, tanaman yang menghasilkan bunga atau buah membutuhkan sinar matahari penuh (tidak ternaungi), sedangkan tanaman yang menghasilkan daun masih dapat tumbuh dengan cahaya yang sedikit. Misalnya buncis merambat dan kapri membutuhkan sinar yang banyak, sedangkan selada dan seledri masih dapat hidup di bawah naungan. Dengan demikian, selada dan seledri dapat ditanam di antara tanaman buncis merambat atau kapri.
2. Kebutuhan Unsur Hara
Berdasarkan kebutuhan unsur hara, tanaman sayuran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Tanaman yang memerlukan unsur hara lebih banyak, disebut heavy feeders. Misalnaya, kubis, selada, bayam, jagung, dan labu;
b. Tanaman yang memerlukan unsur hara lebih sedikit daripada kalium, disebut light feeders. Yang termasuk kelompok ini umumnya tanaman penghasil umbi seperti bawang merah, lobak, ubi kayu, wortel, dan ubi jalar;
c. Tanaman penghasil Nitrogen atau tanaman yang yang dapat mengikat nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium, yaitu tanaman dalam keluarga Leguminosae, misalnya kacang tanah, kedelai, buncis, kacang hijau, dan kara.
Dengan menggabungkan ketiga kelompok tanaman tersebut, dapat diperoleh hasil yang tinggi karena antar tanaman tidak terjadi perebutan unsur hara.
3. Sistem Perakaran
Sistem perakaran setiap tanaman berbeda, ada yang dalam, dangkal, melebar, rimbun, dan sebagainya. Sistem perakaran ini penting untuk menentukan jarak tanam dan memilih jenis tanaman. Tanaman yang dipilih sebaiknya yang mempunyai perakaran yang berbeda bila akan ditanam berdekatan. Misalnya wortel dan bawang merah, buncis dan selada, kedelai dan bawang merah, selada dan terung, seledri dan kubis, kubis dan daun bawang, cabai dan daun bawang.

Contoh penanaman secara polikultur yaitu tanaman bawang merah yang ditanam bersama dengan tanaman lainnya, misalnya kacang tanah, ubi jalar, dan cabai.
1. Pengolahan Tanah
Tanah perlu dicangkul dulu supaya strukturnya menjadi remah. Pada tanah kering, bedengan dibuat dengan tinggi sekitar 20-30 cm, sedangkan pada tanah sawah, tinggi bedengan dibuat 50-60 cm. Lebar bedengan dibuat 90-120 cm dan panjang 10-15 cm. Jarak antara bedeng sekitar 40 cm atau disesuaikan dengan keadaan tanah. Apabila lahannya miring, bedengan dibuat tegak lurus dengan kemiringan lahan untuk mengurangi erosi. Di atas bedengan ditabur dan dicampur secara merata dengan pupuk kandang 20-30 ton/ha. Bila memungkinkan, bedengan yang telah diberi pupuk kandang disiram dengan air limbah ternak /air septic tank untuk menambah unsur N, S, dan P.
2. Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada waktu akhir musim hujan. Apabila kondisi tanahnya memungkinkan, ada petani yang menanam bawang merah sepanjang tahun. Akan tetapi, sebaiknya diadakan rotasi tanaman untuk mencegah hama dan penyakit. Sebelum dilakukan penanaman, tanah disiram dahulu untuk memudahkan penanaman. Jarak tanam yang digunakan 15-20 cm x 15-20 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan ditugal. Bibit bawang merah dipilih yang sehat, bebas hama dan penyakit, keras serta kering. Sebaiknya bibit tersebut telah disimpan minimal 6 minggu sesudah panen. Ujung umbi sebelum ditanam dipotong sekitar 1/5 panjang umbi untuk mempercepat pertumbuhan dengan pisau yang tajam dan bersih. Umbi yang telah dipotong lalu ditanam pada lubang tanam, kemudian tanah di kiri dan kanannya ditekan supaya tidak bergerak. Umbi bekas potongan tidak perlu ditutup dengan tanah. Kalau perlu ditutup tipis-tipis dengan abu bakar atau tepung belerang untuk menghindari penyakit atau hama tungau serta menambah unsur kalium dan belerang.
3. Perawatan
Beberapa perawatan tanaman yang perlu yaitu:
a. Pada saat musim kemarau, penyiraman dilakukan 2 hari sekali atau setiap hari bila udara terlalu panas. Penyiraman dilakukan hingga menjelang panen;
b. Apabila ada tanaman yang mati, segera disulam;
c. Bila padat, tanah segera digemburkan secara hati-hati agar tidak merusak akar;
d. Pupuk susulan berupa pupuk kandang diberikan sekitar 4 minggu setelah tanam dengan dosis 10 ton/ha;
e. Penyiangan dilakukan bila tumbuh gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman;
f. Apabila ada hama dan penyakit segera ditanggulangi dengan cara mekanis atau disemprot dengan fungisida alami;
g. Bunga yang muncul sebaiknya dipotong supaya unsur hara digunakan untuk pembentukan untuk pembentukan anakan dan pembesaran umbi;
h. Bila umbi sudah kelihatan, penyiraman mulai dikurangi beberapa hari menjelang panen, tanaman tidak perlu disiram.

Sumber: http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10562/pedoman-memilih-jenis-tanaman-dalam-sistem-polikultur
Tanggal Artikel : 09-05-2016


Elsi Kris Dayanti Br Sembiring (14118)

Perekat Pestisida Nabati.

  1. Membuat Perekat Pestisida Nabati

    Sumber Gambar: http://antaranews.com
    Saat ini, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) khususnya hama dan penyakit sering dilakukan dengan menggunakan pestisida. Maraknya penggunaan pestisida kimia disadari berdampak pada tidak seimbangnya ekosistem yang ada. Sehingga dalam pengendalian hama penyakit dianjurkan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainnya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida ini tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat di buat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana.

    Manfaat Perekat Pestisida
    Untuk meningkatkan kinerja pestisida nabati, diperlukan perekat. Perekat ini berfungsi agar pestisida yang disemprotkan tidak langsung jatuh atau larut terbawa air hujan. Adanya bulu-bulu yang terdapat pada daun akan menghalangi menempelnya butir-butir larutan pestisida pada permukaan daun. Tentu hal tersebut akan menghambat penyerapan pestisida sistemik dan pupuk daun. Demikian juga dalam aplikasi herbisida, pemberian perekat juga sangat membantu menempelkan herbisida tersebut pada rumput sehingga akan meningkatkan kinerja herbisida tersebut.
    Perekat juga akan meningkatkan kinerja pestisida pada hama yang mempunyai pelindung keras seperti kepik dan belalang besar dan golongan lembing. Bahan aktif pestisida akan bekerja melalui abdomem atau perut serangga yang biasanya lebih lemah daripada punggung dan akan efektif bila pestisida tersebut menempel pada daun dan bila diaplikasi bersamaan dengan pestisida racun lambung karena akan mudah termakan.
    Perubahaan cuaca yang cepat sehingga turun hujan setelah pengaplikasian pestisida memberikan efek negatif terhadap efektivitas penggunaan pestisida karena pestisida dan pupuk daun tersebut akan tercuci oleh air hujan. Selain itu cuaca panas juga akan mempercepat penguapan larutan pestisida yang diaplikaskani pada tanaman. Dengan perekat pestisida ketika kita mengaplikasi pupuk daun dan pestisida sistemik akan lebih lama tersedia di tanaman.

    Beberapa Ramuan Perekat Pestisida Nabati

    1. Berbahan kimia
    Bahan yang dibutuhkan:
    • Teksafon 2 kg, dapat dibeli di toko bahan kimia, bahan ini merubahan bahan baku pembuatan detergen
    • Sodium Tripoliposfat grade industry (STPP) ± 1 kg
    • Air 8-9 liter
    • Pewarna (opsional)
    Peralatan yang digunakan:
    • Ember
    • Tongkat pengaduk
    • Kemasan untuk menampung produk akhir.
    Cara membuat :
    • Siapkan air 8-9 liter ke dalam ember
    • Tambahkan teksafon ke dalam air
    • Aduk dengan pelan, teksafon belum dapat larut sempurna dalam air
    • Tambahkan STPP sedikit demi sedikit ke dalam adonan sambil tetap diaduk. Jika STPP terlalu banyak, maka adonan akan sangat kental dan membutuhkan waktu lebih lama untuk larut saat dicampur dengan air waktu aplikasi di lapangan. Jika STPP terlalu sedikit maka teksafon akan sulit larut, hal ini ditandai dengan masih adanya gumpalan-gumpalan mirip jelly dalam adonan.
    • Terus aduk sampai teksafon larut sempurna dalam air, dalam proses ini larutan akan berwana putih. Jika semua teksafon telah larut maka proses selesai.
    • Tuang adonan ke dalam wadah jerigen atau botol. Setelah 12 jam larutan yang berwarna putih tadi akan berubah menjadi bening.
    • Perekat pestisida yang akan dihasilkan sebanyak 11 liter.

    2. Berbahan telur dan minyak
    Alat dan bahan yang dibutuhkan (untuk 1 liter bahan perekat):
    • Blender
    • 1 butir telur ayam/ bebek (bebek lebih bagus)
    • Minyak goreng 1 sendok makan
    Cara membuat:
    • Blender telur dan minyak goreng blender sampai benar-benar tercampur (homogen)
    • Campurkan dengan larutan pestisida yang ada dalam tangki semprot sampai benar-benar tercampur.
    • Semprotkan pestisida secara merata ke semua permukaan daun.

    3. Ramuan untuk Memandulkan Telur Hama secara Organik:
    Bahan dan alat:
    • Blender
    • Cuka makan 100 ml
    • Alkohol 50 ml
    Cara membuat dan aplikasi:
    • Campur semua menjadi satu, kemudian di blender sampai benar-benar tercampur homogen.
    • Campurkan resep diatas dengan 1 tangki semprot (14-17 liter) air, lalu semprotkan secara merata pada seluruh permukaan tanaman terutama pada permukaan bawah daun.
    • Ramuan ini khusus utuk tanaman padi, jika untuk tanaman lain jumlah cuka perlu dikurangi.

    Sumber :
    http://www.gerbangpertanian.com/
    http://sistem-pertanian-terpadu.blogspot.co.id/
    http://www.jitunews.com/read/20643/teknik-jitu-membuat-perekat-pestisida-skala-1-tangki-semprot
    http://produksi-rumahan.blogspot.co.id/2015/06/resep-untuk-membuat-perekat-pestisida-yang-murah-dan-mudah.html

    Penulis: Ume Humaedah (Penyuluh Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian); Email: ume_humaedah@yahoo.com
    Tanggal Artikel : 30-09-2016

    Nama: Riza Annisa F
    NIM : 15/379687/PN/14141